Mengapa Harus Manhaj Salaf ?

12 Agustus 2009

Salim Al-Hilali

Sebenarnya orang-orang yang berkiprah dalam dunia dakwah Islamiyah banyak sekali dan yang menantikan para pemuda “aktivis dakwah” lebih banyak lagi. Mereka semua sungguh-sungguh bekeja keras untuk memulai kehidupan yang Islami. Di tengah-tangah luapan gelombang dakwah yang sedang pasang ini, akan kita temukan adanya dua kelompok, yaitu kaum tua dan kaum muda.

Kaum tua telah puas degan hasil dakwah mereka. Mereka sendiri tidak ikut terjun ke medan dakwah. Adapun kaum muda, mereka menyingsingkan lengan, mengencangkan sarung dan meghentakkan kaki mereka di atas kendaraannya. Namun, yang disayangkan, kedua kelompok ini berada dalam kebingungan dan kebimbangan. Sehingga, adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi untuk segera ditampilkan gambaran Manhaj Salaf guna menyiapkan kehidupan Islami yag kokoh di atas Manhaj Nubuwwah. Baca entri selengkapnya »


Kaidah mengambil dalil

12 Agustus 2009

KAIDAH DAN PRINSIP AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DALAM MENGAMBIL
DAN MENGGUNAKAN DALIL [1]

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

[1]. Sumber ‘aqidah adalah Kitabullah (al-Qur-an), Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dan ijma’ Salafush Shalih.

[2]. Setiap Sunnah yang shahih yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib diterima, walaupun sifatnya Ahad.[2]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terima-malah dia. Dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” [Al-Hasyr: 7] Baca entri selengkapnya »


As-Salaf As-Shalih Rujukan dalam Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah

31 Juli 2009

Pengertian ‘Salaf’
Secara bahasa, salaf berarti orang-orang yang mendahului kita, baik dari segi keilmuan, keimanan, keutamaan, maupun kebaikannya. Ibnul Manzhur berkata, “Salaf juga berarti orang-orang yang mendahuluimu, baik orang tua maupun karib kerabatmu yang lebih tua dan utama darimu.” Termasuk dalam pengertian ini apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah kepada putrinya Fatimah az-Zahra’,
“Sesunguhnya sebaik-baik salaf bagimu adalah aku” HR. Muslim (no. 1450).

Adapun yang dimaksud ‘salaf’ menurut istilah para ulama pada asalnya adalah para sahabat Nabi, kemudian disertakan kepada mereka -dalam istilah tersebut- generasi sesudah mereka yang mengikuti jejak mereka. Kitab Limadza Ikhtartu Madzhab Salaf hal. 30

Sedangkan menurut tinjauan waktu, maka ‘salaf’ maksudnya adalah generasi-generasi terbaik yang patut diteladani dan diikuti, yaitu tiga generasi pertama yang telah dipersaksikan keutamaannya oleh Rasulullah dalam sabdanya:
“Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian sesudahnya lagi.” Akan datang takhrijnya sebentar lagi. Namun, makna ‘salaf’ menurut tinjauan waktu ini masih belum cukup, karena kita melihat kemunculan firqah-firqah sesat dan bid‘ah-bid‘ah pada masa-masa tersebut, sehingga orang yang hidup pada masa tersebut tidak cukup dikatakan bahwa dia berada di atas manhaj Salaf sampai diketahui bahwa dia sejalan dengan para sahabat dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Baca entri selengkapnya »


Mengapa Harus Manhaj Salaf

31 Juli 2009

Oleh : Salim Al-Hilali

Sebenarnya orang-orang yang berkiprah dalam dunia dakwah Islamiyah banyak sekali dan yang menantikan para pemuda “aktivis dakwah” lebih banyak lagi. Mereka semua sungguh-sungguh bekeja keras untuk memulai kehidupan yang Islami. Di tengah-tangah luapan gelombang dakwah yang sedang pasang ini, akan kita temukan adanya dua kelompok, yaitu kaum tua dan kaum muda. Kaum tua telah puas degan hasil dakwah mereka. Mereka sendiri tidak ikut terjun ke medan dakwah. Adapun kaum muda, mereka menyingsingkan lengan, mengencangkan sarung dan meghentakkan kaki mereka di atas kendaraannya. Namun, yang disayangkan, kedua kelompok ini berada dalam kebingungan dan kebimbangan. Sehingga, adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi untuk segera ditampilkan gambaran Manhaj Salaf guna menyiapkan kehidupan Islami yag kokoh di atas Manhaj Nubuwwah.

Penyaringan terhadap segala hal yang bukan berasal dari Islam, baik dalam hal aqidah, ahkam (hukum-hukum) maupun akhlak adalah agar Islam kembali berseri, murni dalam naungan risalah sebagaimana keaslian risalah yang telah diturunkan kepada Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam. Ini untuk mendidik generasi muslim di atas Islam yang murni dengan tarbiyah imaniyyah (pendidikan keimanan) yang akan memberikan bekas yang mendalam. Yang demikian itulah manhaj dakwah salafiyyah yang selamat dan Ath-Thaifah Al-Atsariyah (yaitu kelompok yang berpegang dengan pemahaman Rasulullah beserta para shahabatnya) yang mendapatkan pertolongan dalam mengadakan perubahan. Baca entri selengkapnya »


Jangan merasa benar sendiri

31 Juli 2009

Banyak orang ketika anda tegur kesalahan yang  ia lakukan berkilah

dengan mengatakan : “sudahlah, jangan merasa benar sendiri !”

sehingga menjadi pertanyaan pada benak banyak orang, apakah

perkataan tersebut berasal dari wahyu ataukah hanya sebatas  kilah

yang tak beralaskan pada dalil ? Tentunya hal ini harus kita cermati

secara seksama dengan hati yang dingin apakah ada ayat atau hadits

atau pendapat para ulama yang mengatakan dengan perkataan tersebut.

Cobalah kita buka surat An-Nisaa : 59 Baca entri selengkapnya »


Dan Aku pun Dituduh Wahabi

31 Juli 2009

Seiring dengan perjalanan kedewasaan menuju proses pematangan diri, terlebih lagi pemikiran, gairah untuk mencai ilmu yang shahih, lebih mengenal agama Islam dari sumber-sumbernya yang asli, menjadi semakin tinggi. Perkenalan tanpa sengaja dengan manhaj salaf nyaris seolah mencuci otak, memutarbalikkan pemahaman hingga apa yang tersisa dari pemahaman terdahulu nyaris menjadi tanpa arti.

Sebenarnya bukanlah hal yang aneh, jika gairah itu kemudian timbul. Ketidakmampuan diri dalam mengelola dan memecahkan persoalan hidup secara memuaskan membuat agama yang semula menjadi pelarian untuk menenangkan diri, justru terbukti menjadi sumber mata air jernih pelepas dahaga. Itulah solusinya, pemahaman yang benar untuk menuju keseimbangan hidup sebagaimana manusia diciptakan diatas fitrahnya.

Satu hal yang menjadi konsekuensi dari proses ini adalah sebuah perubahan nyata. Perubahan yang sangat mungkin – bahkan terbukti – banyak menyelisihi kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Meskipun perbedaan itu dalam tahap tertentu masih dapat ditoleransi, namun pada saat-saat lain ada hal-hal prinsipil yang membuat gerah dan menimbulkan keinginan kuat untuk merubahnya, Baca entri selengkapnya »


Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahab

31 Juli 2009

Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab
(1115-1206H/1701-1793M)

Nama LengkapnyaBELIAU adalah Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.

Tempat dan Tarikh Lahirnya

Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung ‘Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang.

Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri selama lebih 46 tahun dalam memangku jabatan sebagai menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .

Pendidikan dan Pengalamannya

Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab berkembang dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua jabatan agama setempat. Sedangkan datuknya adalah seorang qadhi (mupeti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama. Oleh karena itu, kita tidaklah heran apabila kelak beliau juga menjadi seorang ulama besar seperti datuknya.

Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab sejak masih kanak-kanak telah dididik dan ditempa jiwanya dengan pendidikan agama, yang diajar sendiri oleh ayahnya, Tuan Syeikh ‘Abdul Wahab.

Sejak kecil lagi Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab sudah kelihatan tanda-tanda kecerdasannya. Beliau tidak suka membuang masa dengan sia-sia seperti kebiasaan tingkahlaku kebanyakan kanak-kanak lain yang sebaya dengannya.

Berkat bimbingan kedua ibu bapanya, ditambah dengan kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab telah berjaya menghafaz al-Qur’an 30 juz sebelum berusia sepuluh tahun. Baca entri selengkapnya »


Berpulangnya Penjaga Dua Kota Suci

31 Juli 2009

Berpulangnya Penjaga Dua Kota Suci

Berita wafatnya Raja Fahd -rohimahullahu- sudah berlalu, mungkin diantara ikhwah sudah lupa akan peristiwa tersebut. Banyak diantara saudara kita yang antipati terhadap beliau bahkan membencinya karena ketidaktahuan mereka. Peran apakah yang telah dijalankan oleh Raja Fahd selama ini terhadap kaum muslimin sehingga tulisan ini sangat layak untuk diangkat pada edisi kali ini?

Ustadz Ali Musri Semjan Putra -hafidhohullahu- menulis artikel ini dengan gaya penulisan yang khas (melayu) dan dibumbui dengan cerita-cerita di Tanah Harom sehingga membuat kita semakin rindu ingin kesana. Semoga tulisan ini bermanfaat kita semua…
Judul Asli: Berpulangnya Penjaga Dua Kota Suci Yang Dipertuan Agung Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud*
Penulis: Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Segala puji bagi Allah yang di tangan-Nya seluruh kekuasaan, bila Dia berkehendak tiada seorang pun dari makhluk yang bisa menolaknya. Sholawat dan salam kepada nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menyuruh kita untuk bersabar tatkala ditimpa musibah, berkata Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, “tiada musibah yang lebih besar dari kematian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian besar kecilnya suatu musibah yang menimpa umat diukur dengan besar kecilnya perjuangan yang dilakukan seseorang tersebut untuk agama dan umatnya.” Disebutkan dalam sebuah peribahasa: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan jasa”. Baca entri selengkapnya »


Dendam pada Ulama Mekkah dan Madinah?

31 Juli 2009

Apa yang antum dendamkan kepada para ‘ulama Makkah dan Madinah?

Sehingga menuduh mereka semua wahabi?

Apa yang antum dendamkan kepada para ‘ulama Makkah dan Madinah?

Sehingga lisan antum mencaci mereka setengah mati?

Apa yang antum dendamkan kepada para ‘ulama Makkah dan Madinah?

Sehingga menuduh mereka dajjal di muka bumi?

Pernahkah antum mendengar bahwa…….

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya Islam dimulai dengan (dianggap) asing dan akan kembali (dianggap) asing sebagaimana awalnya. Mereka (Islam & ummatnya) berlindung diantara dua masjid (Masjidil Haram & Masjid Nabawi) sebagaimana ular berlindung dalam lubangnya” [Hadits Shahih, Muslim 2/76 – An-Nawawiy].

Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyAllahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Di setiap jalan-jalan Madinah itu terdapat malaikat (yang menjaga) agar tidak dimasuki wabah penyakit dan Dajjal (HR. Muslim No. 5236)

Hadis riwayat Anas bin Malik radhiyAllahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. (HR. Muslim No.2449)

Andai para ulama tanah suci tidak layak diikuti, lalu ulama mana lagi yang layak diikuti?!

Jika para penjaga tanah suci, para pemakmur rumah Allah (ka’bah) dan pemakmur masjid nabiNya (Masjid Nabawi) adalah orang yang bodoh, maka bagaimana dengan orang yang selain mereka?!

Manakah yang lebih layak diikuti ::

ulama yang berpegang dengan sunnah nabi, atau yang mengarang2 syariat sendiri? [baca : berbut bid’ah]

Manakah yang lebih layak diikuti ::

ulama yang melarang kesyirikan, ataukah kyai2 & syaikh2 yang berdoa kepada para penghuni kubur?

Laa haula wa laa quwwata illaa billaah…

Jika antum tidak mengetahui, maka itu adalah musibah,

Jika antum mengetahui -dan tetap seperti sekarang-, maka musibahnya lebih besar lagi….

*Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya daging para ulama itu beracun…


Pandangan MUI tentang Salafi

31 Juli 2009

Buat ikhwan yang juga mengalami tekanan di lingkungan atau keluarganya, semoga ini dapat bermanfaat. Karena terkadang sebagian kaum muslimin yang belum mengenal manhaj salaf (seperti kaum tradisional yang biasanya mengandalkan hawanafsu bukan ilmu), selalu bertindak anarkis dan tidak bisa diajak dialog. Sehingga dibutuhkan sekali Pandangan MUI seperti ini

Buat Bloger Salafyyin supaya dimuat Pandangan MUI ini di Blog antum, agar dapat menyebar luas.

Jazzakallah khairan,…

( Klik )   fatwa-mui1

sumber http://ibnuramadan.wordpress.com/fatwa-mui-tentang-salafy/

Tuduhan kepada Wahabi

10 Desember 2008

Tambahan – Tentang Wahabi

Sebagai tambahan, Berikut ana juga bawakan terjemahan Tulisan dari Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu tentang Wahabi dari Kitab beliau yang judul aslinya : Minhajul Firqah An-Najiyah wa Thaifah Al-Manshuroh, mohon dikoreksi apabila ada kesalahan dalam penulisannya. Moga bermanfaat…

BAGIAN 11
PENGERTIAN WAHABI
Orang-orang biasa menuduh “wahabi ” kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid’ah mereka, sekalipun keperca-yaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur’anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo’a (memohon) hanya kepada Allah semata.

Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hadits itu berbunyi:

“Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih )

Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi ketika beliau mengatakan, “Kemudian jika kebutuhan yang dimintanya –menurut tradisi– di luar batas kemampuan manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu, kesembuhan dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu (mesti) memintanya hanya kepada Allah semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat tercela.”

Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, “Hadits ini berikut keterangannya menegaskan tidak dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah.” Ia lalu menyergah, “Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan!”
Penulis lalu bertanya, “Apa dalil anda?” Syaikh itu ternyata marah sambil berkata dengan suara tinggi,

“Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh Sa’d!” dan Aku bertanya padanya, “Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa’d dapat memberi manfaat kepadamu?” Ia menjawab, “Aku berdo’a (meminta) kepadanya, sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanku.”
Lalu penulis berkata, “Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau banyak habiskan umurmu untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau justru mengambil akidah dari bibimu yang bodoh itu.”

Ia lalu berkata, “Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi berumrah lalu datang dengan membawa kitab-kitab wahabi.”

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi kecuali sekedar penulis dengar dari para syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, “Orang-orang wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai Rasul dan berbagai tuduhan dusta lainnya.”

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan Allah semata, dan percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib mengenal wahabi lebih jauh.”
Kemudian penulis tanyakan jama’ahnya, sehingga penulis mendapat informasi bahwa pada setiap Kamis sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk mengkaji pelajaran tafsir, hadits dan fiqih.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis mendatangi majelis mereka. Kami masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, sampai tiada berapa lama seorang syaikh yang sudah berusia masuk ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua hadirin dimulai dari sebelah kanan, beliau lalu duduk di kursi dan tak seorang pun berdiri untuk-nya.

Penulis berkata dalam hati, “Ini adalah seorang syaikh yang tawadhu’ (rendah hati), tidak suka orang berdiri untuknya (dihormati).”
Baca entri selengkapnya »


Salafi agen Yahudi ?

10 Desember 2008

SIAPA SEBENARNYA YANG AGEN YAHUDI ?
Bantahan Tuntas Terhadap Pengakuan Dusta Seorang AGEN MOSSAD

“Artinya : Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak berkata (sesuatu) kecuali dusta” [Al-Kahfi : 5]

Orang-orang yang menebarkan isu dusta tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan zionis Yahudi (MOSSAD) melandaskan tuduhan mereka pada bukti-bukti dan cara pengambilan dalil yang keji, sekaligus konyol dan menggelikan. Dalam hal ini, dua bentuk dagelan telah dipertontonkan secara vulgar tanpa malu :

Pertama : Adalah “Suara Hidayatullah”, sebuah media masa yang cukup kesohor di tanah air. Dalam pemberitaannya [edisi 01/XVI/Rabiul Awwal 1424 hal. 78-79 ”Pengakuan AGEN MOSSAD”] telah memuat nukilan-nukilan sampah yang berisi fitnah bathil tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan Zionis Yahudi (MOSSAD). -na’udzubillah-

Kedua : Seorang pentolan Jama’ah Tabligh bernama “Amir Sunni” -yang lebih pantas disebut “Amir Bid’i”- juga telah menebarkan isu serupa di sebuah situs internet [file-nya ada pada kami-red]. Amir Bid’i yang telah lama berkecimpung dalam dunia khuruj (ala Jama’atut Tabligh), mimpi dan bualan-bualan antik kaum shufi, telah berkata dalam tulisannya yang ditujukan kepada kami : “ ….YAHUDI senang dengan Gerakan kalian. Sebab banyak mulut sedikit amalan. Ada juga yang NATO –Non Action Talking Only- dan saya juga mendengar bahwa kalian… Wahai saudaraku yang Salafy….. adalah antek-antek Yahudi….”. Baca entri selengkapnya »